Mau "Invest", tapi Takut Rugi

July 25, 2010
Tren pengelolaan uang saat ini bukan sekadar menabung, tapi juga melakukan inovasi keuangan. Inovasi keuangan, menurut praktisi keuangan Elvyn G Masassya, bisa dilakukan dengan cara pemilihan investasi yang tepat. Pengertian investasi yang tepat di sini adalah bagaimana menyuruh uang Anda ”bekerja” untuk Anda (baca: Membuat Uang "Bekerja" untuk Anda).

Meskipun demikian, masih banyak perempuan yang merasa takut untuk mulai berinvestasi. Mungkin ada di antara Anda yang sudah ditawari menjadi investor kecil-kecilan untuk bisnis teman Anda, tetapi Anda tolak karena khawatir akan nasib uang Anda. Anda juga belum berani mengambil program investasi di bank atau lembaga keuangan lain.

Perempuan punya kebutuhan finansial yang unik. Karena perempuan hidup lebih lama daripada pria, tentu uang Anda pun harus lebih tahan lama, bukan? Perempuan juga harus bersiap hidup sendiri, entah karena bercerai, atau memilih untuk tidak menikah. Karena itu, Anda pun perlu bersiap mengambil tanggung jawab kebebasan finansial untuk Anda sendiri.

Tetapi apa sih, yang bikin Anda takut berinvestasi?

"Ketakutan utamanya adalah takut kehilangan uang. Butuh waktu lama bagi kebanyakan orang untuk mendapatkan uang, tapi kita bisa saja menghilangkannya hanya dalam beberapa detik di pasar saham. Banyak orang yang enggan terlibat dalam pasar saham, karena risikonya yang tidak main-main. Tapi (ketakutan) ini wajar, kok," ujar Amanda Adkisson, PhD, dari Mays Business School, Texas A&M University.

Menurutnya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengelola uangnya secara konservatif. Namun meskipun alasannya karena takut, hal ini juga menunjukkan bahwa perempuan lebih cerdas untuk tidak gegabah mengambil tindakan. Tentunya mengingat aktivitas trading itu mahal, dan potensi kehilangannya cukup besar.

Takut rugi juga bukan satu-satu alasan mereka. "Takut kalau mereka dimanfaatkan, atau takut membuat kesalahan investasi," tukas Richard Kahler, perencana keuangan dari Kahler Financial Group.

Bahkan, ada pula ketakutan akan sesuatu yang belum mereka ketahui akan terjadi. Karena, menurut riset dari Prudential Financial, satu dari dua perempuan merasa kurang memahami apa itu saham, obligasi, atau reksadana. 

Mengubah cara berpikir
Jika kurangnya pengetahuan adalah alasan Anda merasa takut, tentu Anda bisa mengatasinya dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya. Entah itu dari buku-buku, majalah, internet, atau menghadiri workshop tentang investasi. Ketika Anda sudah lebih pede, dan sudah merasa siap untuk mengeksplorasi investasi ini pun, Anda bisa berkonsultasi dengan perencana keuangan lebih dulu.

Perencana keuangan akan membantu Anda mengembangkan strategi secara menyeluruh, termasuk memahami resikonya. Begitu Anda mendapatkan masukan seperti ini, Anda akan lebih mampu menentukan tipe investasi yang sesuai dengan kondisi Anda, demikian menurut Karen Lawrence-Webster, praktisi keuangan dan divisional vice president Axa Professionals.

Langkah pertama untuk mengatasi rasa takut untuk berinvestasi adalah mengubah cara berpikir Anda mengenai hal tersebut. Investasi pada dasarnya adalah membuat uang bekerja setelah Anda memilih produk yang cocok, dan memutuskan tingkat risiko yang bersedia Anda terima.

“Setiap investasi pasti punya resiko. Perempuan harus menyadari toleransi resiko sekaligus toleransi uang kembali. Aktivitas keuangan Anda pasti akan membutuhkan alokasi aset, yaitu bagaimana Anda menginvestasikan dana Anda untuk saham, obligasi, atau pasar uang," ungkap Lawrence-Webster.

Yang perlu Anda ketahui, alokasi aset yang terbaik pun tidak akan melindungi Anda dari kerugian secara periodik. Sisi baiknya, hal itu akan membantu Anda lebih cermat dalam proses pengambilan keputusan.

Untuk itu, Anda perlu mengambil langkah kecil dulu. Mulailah, misalnya, dengan berinvestasi dengan reksadana. Ikuti naik-turunnya aktivitas tersebut selama beberapa bulan, sebelum akhirnya menyerahkan uang lebih banyak untuk diinvestasikan.